Layanan Skrining HIV Terintegrasi Hadir di 37 Puskesmas Tangerang

Layanan Skrining HIV Terintegrasi Hadir di 37 Puskesmas Tangerang
 

Pemerintah Kota Tangerang terus memperkuat layanan kesehatan masyarakat dengan memperluas akses pemeriksaan dan pengobatan HIV. Kini, layanan skrining HIV aktif bisa dilakukan di seluruh fasilitas kesehatan, termasuk puskesmas dan rumah sakit. 

Langkah ini menjadi bagian dari upaya pemerintah untuk mencegah penyebaran HIV serta memastikan setiap warga mendapatkan perawatan yang cepat dan tepat.

Perluasan Layanan HIV di Kota Tangerang

Dari Puskesmas Hingga Rumah Sakit

Dinas Kesehatan Kota Tangerang kini telah menyediakan layanan HIV di 37 puskesmas dan 10 rumah sakit di seluruh wilayah kota. Masyarakat dapat memanfaatkan layanan ini tanpa biaya alias gratis. 

Pemerintah juga mengadopsi sistem terintegrasi “test and treat”, di mana setiap warga yang terdeteksi HIV bisa langsung mendapatkan pengobatan tanpa harus melalui prosedur panjang.

Selain pemeriksaan rutin, fasilitas ini juga menyediakan konseling untuk membantu masyarakat memahami kondisi kesehatan mereka. Dengan pendekatan tersebut, pemerintah berharap angka deteksi dini HIV bisa meningkat dan penularan dapat ditekan lebih efektif.

Layanan Triple Eliminasi untuk Ibu Hamil

Khusus bagi ibu hamil, Pemkot Tangerang mengadakan program triple eliminasi, yaitu pemeriksaan HIV, hepatitis B, dan sifilis dalam satu paket layanan. Pemeriksaan ini penting untuk mencegah penularan dari ibu ke bayi. 

Dengan deteksi sejak awal kehamilan, tenaga medis dapat memberikan intervensi segera agar risiko infeksi pada janin bisa diminimalkan.

Pelayanan Lengkap bagi ODHA

Pendampingan dan Pengobatan Berkelanjutan

Bagi orang dengan HIV/AIDS (ODHA), Pemkot Tangerang menyediakan layanan Perawatan, Dukungan, dan Pengobatan (PDP). Di sini pasien tidak hanya menerima obat antiretroviral (ARV), tetapi juga pendampingan psikologis dan sosial agar mereka dapat menjalani kehidupan secara produktif.

Layanan PDP mencakup pemeriksaan viral load, tes CD4, serta diagnosis terhadap penyakit penyerta seperti tuberkulosis dan hepatitis. Pendampingan dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih agar pasien bisa konsisten menjalani terapi dan mencegah resistensi obat.

Integrasi Layanan dalam Satu Tempat

Keunggulan sistem baru ini adalah integrasinya. Pasien kini tidak perlu berpindah dari satu tempat ke tempat lain untuk melakukan pemeriksaan, konseling, dan pengambilan obat. Semua layanan sudah tersedia di satu fasilitas.

Selain itu, tenaga medis di puskesmas dan rumah sakit telah mendapatkan pelatihan khusus untuk menangani pasien HIV sesuai standar nasional. Dengan begitu, kualitas pelayanan di setiap tingkat tetap terjaga.

Manfaat dari Skrining Aktif

Deteksi Dini Lebih Efektif

Skrining aktif memungkinkan tenaga medis menemukan kasus HIV lebih cepat, bahkan sebelum gejala muncul. Dengan penanganan sejak dini, pasien dapat segera memulai pengobatan dan menekan risiko penularan ke orang lain.

Pendekatan ini terbukti efektif menurunkan angka infeksi baru dan memperpanjang harapan hidup ODHA secara signifikan.

Akses yang Semakin Mudah

Karena layanan kini tersedia di seluruh fasilitas kesehatan, masyarakat tidak lagi terbatas oleh jarak atau biaya. Mereka dapat melakukan pemeriksaan HIV di puskesmas terdekat tanpa perlu dirujuk ke rumah sakit besar.

Langkah ini juga menghilangkan hambatan psikologis, karena layanan dilakukan secara lebih personal dan tidak menimbulkan rasa malu bagi pasien.

Mendukung Target Nasional

Program ini juga mendukung target nasional menuju “tiga nol”: nol infeksi baru, nol kematian akibat AIDS, dan nol diskriminasi terhadap ODHA. Dengan sistem yang terintegrasi, Kota Tangerang menunjukkan komitmen kuat untuk berperan aktif dalam mencapai target tersebut.

Tantangan dalam Pelaksanaan

Keterbatasan Tenaga dan Fasilitas

Meski jumlah fasilitas layanan meningkat, ketersediaan tenaga medis khusus HIV masih perlu ditingkatkan. Beberapa fasilitas juga membutuhkan tambahan peralatan laboratorium untuk memastikan pemeriksaan berjalan optimal.

Kepatuhan Terhadap Pengobatan

Tantangan lain adalah menjaga kepatuhan pasien dalam menjalani terapi ARV. Ketidakdisiplinan bisa menyebabkan resistensi obat dan memperburuk kondisi kesehatan pasien. Karena itu, pendampingan emosional dan edukasi berkelanjutan menjadi hal penting dalam program ini.

Menghadapi Stigma Sosial

Meskipun layanan sudah semakin mudah, stigma terhadap ODHA masih menjadi hambatan terbesar. Banyak orang enggan melakukan pemeriksaan karena takut dikucilkan. Pemerintah dan masyarakat perlu terus bekerja sama membangun lingkungan yang lebih inklusif dan mendukung.

Perluasan layanan HIV di Kota Tangerang menjadi langkah besar dalam upaya pencegahan dan pengendalian HIV/AIDS. 

Dengan skrining aktif, layanan gratis di seluruh fasilitas kesehatan, dan dukungan psikososial bagi ODHA, kota ini menjadi contoh nyata bagaimana kebijakan kesehatan bisa menyentuh masyarakat secara langsung.

Comments

Popular posts from this blog

Protein Unik Naked Mole Rat yang Bisa Perpanjang Umur dan Cegah Kanker

Misteri Penemuan Oksigen Gelap di Dasar Laut yang Mengejutkan Dunia Sains

Menteri Keuangan Purbaya Tegaskan “Family Office? Bangun Sendiri, Jangan Pakai APBN”