Alasan Kenapa Rusia Menilai Dunia Tak Serius Selesaikan Konflik Yang Ada di Palestina
Persoalan Palestina dan Israel bertahan sebagai luka geopolitik yang belum sembuh sepenuhnya. Rusia menyebut bahwa penyelesaian konflik ini belum tercapai karena serangkaian faktor mendasar.
Di antaranya, metode pendekatan politik yang dianggap belum menyentuh akar masalah, kebutuhan akan solusi dua negara, serta tantangan praktis dalam implementasi peta jalan perdamaian. Mari diulas lebih dalam mengapa konflik yang sudah puluhan tahun itu belum menemukan titik temu.
Utama: Kenapa Perdamaian Palestina Sulit Terwujud
Solusi Dua Negara dianggap Kunci, Tapi Pelaksanaannya Rumit
Rusia menegaskan bahwa penyelesaian terbaik bagi masalah Palestina–Israel adalah solusi dua negara. United Nations dan sejumlah kekuatan internasional juga berulang kali menyebut ini sebagai jalan paling realistis.
Namun realisasinya selalu menghadapi rintangan politik: klaim wilayah yang tumpang tindih, persoalan keamanan, dan perbedaan visi antara pemimpin masing-masing pihak.
Inisiatif Perdamaian AS Tokoh Sentral, Tapi Tak Menyelesaikan Semua
Misalnya, rencana perdamaian yang dikemukakan Presiden AS Donald Trump untuk Gaza dianggap oleh Rusia sebagai “yang terbaik yang masih ada di meja” saat ini. Inisiatif ini mencakup beberapa langkah seperti pertukaran tahanan antara Hamas dan Israel, serta pembebasan tahanan Palestina dari pihak Israel.
Namun meski memuat sejumlah poin pengaturan ulang konflik, rencana itu tidak menyentuh banyak aspek yang dianggap esensial—seperti status permanen Yerusalem, hak kembali pengungsi Palestina, hingga keamanan yang adil bagi kedua belah pihak.
Komponen Peta Jalan Perdamaian, Antara Janji dan Realitas
Pertukaran Tahanan, Awal yang Simbolis
Salah satu langkah konkret dalam peta jalan perdamaian adalah adanya pertukaran tahanan. Hamas telah membebaskan sejumlah sandera yang sebelumnya ditahan sejak invasi ke Israel bertahun lalu.
Sementara Israel mulai membebaskan ribuan warga Palestina yang ditahan sebagai bagian dari kesepakatan awal. Meskipun begitu, pertukaran ini lebih banyak bersifat simbolis dari sekadar menyelesaikan akar permasalahan.
Peta Jalan 20 Poin dan Tantangannya
Rencana perdamaian Trump mencakup roadmap 20 poin, yang meliputi sejumlah aspek strategis untuk mengakhiri konflik di Gaza. Tahapan itu termasuk gencatan senjata, rekonstruksi wilayah yang hancur, dan langkah-langkah keamanan.
Tapi implementasinya selalu terhambat oleh kondisi lapangan: eskalasi militer, tawar-menawar politik, dan penolakan dari kelompok atau negara yang merasa kepentingannya tidak diperhatikan.
Hambatan Dalam Politik, Keamanan, dan Kepercayaan
Kekhawatiran Keamanan dan Intervensi Eksternal
Israel, misalnya, sangat menekankan aspek keamanan—khawatir bahwa pelepasan sebagian wilayah atau kontrol tertentu bisa membuka celah ancaman militer. Di sisi lain, Palestina menghadapi tantangan berupa penindasan, pembebasan tahanan, dan hak pengungsi serta akses ke sumber daya.
Intervensi negara-negara besar atau aktor non-negara juga makin menambah kompleksitas; mereka memiliki agenda dan tekanan sendiri, kadang bertentangan dengan prinsip perdamaian nascent.
Kurangnya Kepercayaan & Komitmen Praktis
Konflik panjang ini sudah menanam luka kepercayaan di antara kedua pihak. Janji-janji politik atau “roadmap” seringkali diikuti dengan kegagalan memenuhi ekspektasi, baik karena pelanggaran kesepakatan, kurangnya transparansi, atau faktor-faktor lain di lapangan.
Tanpa kepercayaan, perundingan apa pun mudah mandek atau hanya bertahan sementara.
Apakah Ada Harapan Baru?
Rusia memandang bahwa sementara inisiatif seperti peta jalan 20 poin dan pertukaran tahanan adalah langkah positif, tidak cukup untuk menyelesaikan konflik secara menyeluruh.
Rusia menyebut bahwa belum ada satu rencana pun yang menyentuh semua elemen dari status tanah, hak rakyat Palestina, keamanan kedua pihak, hingga pengakuan internasional yang permanen.
Meskipun tantangan sangat besar, Rusia tetap mendorong solusi dua negara sebagai kerangka paling realistis. Mereka juga menekankan pentingnya diplomasi internasional yang lebih inklusif melibatkan pihak-pihak terkait secara lebih luas, serta memperhatikan aspirasi rakyat Palestina yang sering kali kurang tersuarakan.
Perdamaian Itu Mungkin, Tapi Tidak Mudah
Konflik Israel–Palestina masih jauh dari usai karena kombinasi dari berbagai faktor: kepentingan politik, kepercayaan yang rusak, tuntutan keamanan, dan realitas di lapangan yang sangat kompleks.
Langkah-langkah diplomasi seperti pertukaran tahanan atau peta jalan perlu dilengkapi dengan komitmen nyata — bukan hanya janji — dari seluruh pihak, termasuk aktor internasional.

Comments
Post a Comment